15 Ramadhan 1442 H
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
SMPITBunayyaPekanbaru-Allah Swt. menyeru kepada kita semua – orang-orang mukmin — untuk melaksanakan shaum (puasa) Ramadan, agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. (QS 2: 183). Ya, menjadi orang yang taqwa, adalah tujuan utama ibadah Ramadan. Mungkin tidak mudah bagi banyak orang untuk membayangkan apa nikmat dan enaknya menjadi orang yang bertaqwa?
Berbeda halnya, misalnya, dengan menjadi presiden, anggota DPR, menjadi direktur. Tergambarlah dengan mudah, enaknya jadi seorang Presiden. Kemana-mana dikawal, masuk keluar mobil pintu dibukakan. Tas dibawakan. Jika lewat di jalan raya, bisa dengan leluasa, karena semua harus menyingkir dari laluannya.
Lalu, Al-Qur'an memerintahkan kita berpuasa, bersusah payah beribadah, pagi, siang, dan malam, supaya menjadi orang yang taqwa! Seruan ini memang khusus bagi orang yang beriman. Orang kafir, materialis, sekularis, liberalis jelas tidak terkena seruan ini. Sebab, tatapan mata dan pikiran mereka hanya terhenti pada aspek materi dan dunia ini saja.
Orang mukmin tentu berbeda dalam melihat realitas wujud yang ada. Tatapan mata dan pikirannya menembus batas-batas benda yang kasat mata. Ramadan dilihatnya bukan sekedar bulan-bulan biasa yang datang silih berganti setiap tahun. Ramadan dilihatnya sebagai bulan mulia, di mana pintu-pintu rahmat, ampunan, dan barokah Allah dibuka seluas-luasnya.
Maka, memang sudah seharusnya, orang mukmin merindukan status taqwa. Sebab, status taqwa adalah posisi yang sangat tinggi dalam kehidupan manusia. Allah sudah memberitahukan kepada kita semua:
“Yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang taqwa.” (QS 49:13).
Bukan presiden, bukan menteri, bukan gubernur, dan bukan anggota DPR, yang pasti mulia. Namun, siapa pun, dan apa pun status dan profesinya, — jika dia bertaqwa – maka pastilah dia menjadi yang termulia di mata Allah Swt.
Menjadi orang yang taqwa memang luar biasa tinggi derajatnya. Dan orang taqwa pastilah orang yang bahagia. Allah Swt. sudah memerintahkan kita:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa.” (QS 3:102).
“Maka, bertaqwalah kepada Allah semampu kamu.” (QS 64:16).
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar.” (QS 33:70).
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dan memberikan rizki dari arah yang tidak dia perhitungkan.” (QS 65:2-3).
Itulah beberapa perintah Allah agar kita semua benar-benar berusaha menjadi orang yang taqwa. Dijanjikan kepada kita dan bangsa kita, jika kita bertaqwa, maka kita akan mendapatkan berbagai kucuran barokah dari langit dan bumi. (QS 7:96).
Maka, jika begitu mulia dan nikmatnya menjadi orang yang taqwa, tentu rugilah kiranya, jika puasa dan ibadah kita tidak mampu mengantarkan kita pada suatu derajat taqwa. Rasulullah Saw. mengajari kita untuk berdoa, agar kita menjadi orang yang taqwa:
“Allahumma inni as-aluka al-huda, wat-tuqa, wal-‘afafa, wal-ghina.” (Ya, Allah aku memohon kepadamu akan petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kemuliaan diri, serta perasaan cukup). (HR Muslim).
Jadi, taqwa adalah suatu kondisi pikiran dan jiwa orang mukmin yang merasakan kehadiran Allah Swt. di mana saja dia berada. Dia rida dengan segala kondisi yang merupakan anugerah Allah. Dia takut untuk bermaksiat kepada Allah. Sekaligus dia juga cinta dan penuh harap – tidak putus asa – dari rahmat Allah. Taqwa itu indah. Taqwa itu nikmat. Dan taqwa itu suatu kebahagiaan. Karena itulah, kita diperintahkan untuk berjuang keras mencapai derajat yang mulia tersebut.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis: Lujeng Paramastuti, S.Si. (Kepala SMPIT Bunayya Pekanbaru)
0 Komentar